Saat menulis entry blog ini saya lagi bosan mengikuti suatu acara seremonial, dimana dengan agak ‘terpaksa’ saya harus datang. Saya datang jam 8.30 dan acara belum mulai, padahal di undangan tertulis mulai jam 8 dan tidak ditulis selesai jam berapa. Acara akhirnya dimulai pukul 9, menunggu unsur pimpinan / undangan penting diseremonial tersebut. Acara sendiri diisi dengan sambutan dari 4 orang penting dan semua pesannya hampir sama isinya, malah mungkin cenderung repetitif. Meskipun ada beberapa hiburan selingan, acara ini tidak mengusir rasa kebosanan saya. Dan pada akhirnya acara selesai menjelang makan siang, setengah hari waktu produktif saya terbuang karena acara ini.
Acara seremonial seperti yang saya alami sekarang ini menurut saya membuang waktu saja. Saya yang datang sekali aja merasa membuang waktu, tidak bisa saya bayangnya para pimpinan yang mendatangi beberapa acara seremonial seperti ini, berapa banyak waktu berharga mereka yang terbuang, saya yakin waktu mereka akan jauh lebih bermanfaat untuk bekerja. Tapi ya itulah Indonesia, ajaibnya waktu untuk berseremoni, bersosialisasi / mingle, rapat lebih banyak menghabiskan waktu kerja daripada bekerja itu sendiri. Saya merasa kegiatan diatas itu saya tidak membuat saya produktif dan merasa bersalah.
Saya bayangkan bapak bapak birokrat di pemerintahan, kapan waktu mereka ‘benar benar’. bekerja ?, kalau tiap hari disibukkan dengan agenda meresmikan acara ini dan itu, yang ‘hanya’ merupakan acara simbolis saja. Bangsa kita suka simbol, haus perhatian, suka hal hal yang bersifat ‘show-off’, esensinya pekerjaan kecil kalau perlu di ‘blow-up’ sebesar mungkin hanya untuk menunjukkan bahwa mereka sudah berhasil mengadakan atau mencapai sesuatu. Sambil ngedumel saya termenung … zzz