Kenapa Orang Terbaik Pergi Meninggalkan Perusahaan ?

Gambar di artikel ini saya peroleh di media sosial dari sumber yang tidak saya ketahui, tetapi saya setuju dengan isinya. Terjemahaan bebasnya adalah :  jika orang orang terbaik dalam suatu perusahaan pergi meninggalkan perusahaan tersebut, maka kemungkinan terbesar kesalahan ada pada manajer atau supervisor diatasnya. Menurut survey kebanyakan pekerja mengundurkan diri bukan karena ada masalah dengan perusahaannya tapi lebih karena bermasalah dengan manajer atau supervisor diatasnya (manajemen)

Saya beberapa kali mendapatkan situasi seperti diatas. sehingga mau tidak mau saya setuju dengan pendapat tersebut. Mungkin juga selama ini dalam pengalaman bekerja, saya belum pernah bergabung di perusahaan tingkat dunia, dimana talenta talenta yang luar biasa akan “dipelihara” untuk tetap selalu kreatif.  Di perusahaan kelas dunia seperti Google dan Apple, karyawan selalu dituntut untuk kreatif, dan sampai lingkungan kerja pun dirancang sedemikian rupa untuk memacu kreativitas para karyawan 

Di Indonesia, kreativitas masih sulit untuk dipelihara dan ditumbuhkan (nurture). Sebagian besar masih  menganut sistem kolektivitas dan fungsi fungsi spesifik seperti komponen dalam pabrik. Sedikit ruang tersedia untuk memacu kreativitas. Memang ini bergantung kepada jenis bisnis dari perusahaan tersebut. Tapi banyak perusahaan besar (saya tidak akan menyebutkan namanya) mempunyai struktur organisasi / jalur komando yang kompleks dan sistem komunikasi yang buruk, sehingga interpretasi komando sering tidak lengkap atau bahkan salah interpretasi. Kondisi tersebut membuat kecil kemungkinan bisa memacu karyawan untuk kreatif dalam bekerja, berpikir dan berada di luar jalur jalur yang ada, selalu termotivasi, inline dengan visi perusahaan, Malahan sebagian besar tidak mampu keluar dari comfort zone dan job description yang dipunyai.

Di Indonesia, mengelola organisasi bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor membuat yang menyebabkan seperti faktor budaya (sungkan, senioritas, nepotisme, dll) yang menyebabkan segala sesuatu tidak menjadi tegas dan lugas dalam menegakkan aturan dan menilai secara jujur performansi karyawan dilihat dari sisi potensi dan kreativitas.

Orang orang terbaik (kreatif) cenderung mempunyai ego yang besar dan sulit bekerja sama dengan orang orang yang ritme bekerjanya berbeda dan sering membenci kegiatan adminstratif. Ini akan menjadi masalah bila manajemen tidak dapat menanganinya dengan baik sehingga muncul konflik. Dalam banyak kasus pekerja kolektif lebih disukai dan lebih dipelihara daripada talenta talenta khusus. Banyak alasan yang muncul mulai dari standardisasi aturan, supaya tidak pilih kasih, dll. Padahal perlakuan berbeda pantas diberikan oleh manajemen untuk pekerja dengan skill dan passion yang berbeda, pada akhirnya toh tinggal disesuaikan saja dengan target yang diberikan. 

Saya bukan ahli organisasi atau sumber daya manusia. Opini yang saya tuliskan adalah hasil dari proses heuristic secara natural. 

Just my two cents .. 

BH5pCwbCcAA f T

30 thoughts on “Kenapa Orang Terbaik Pergi Meninggalkan Perusahaan ?

  1. Simple aja sih kang… biasanya sih karena pemikirannya 2 atau 3 langkah didepan supervisor atau management diatasnya… padahal pemikirannya itu buat kepentingan perusahaannya… saya setuju dengan comfort zone atasannya yang khawatir terganggu dengan pemikiran anak buahnya…. hehehe… Wallahu a’lam. …

    Liked by 1 person

  2. Bang mahir: justru orang2 kreatif itu orang yg mudah beradaptasi dengan situasi apapun, dan dia mampu membaca karakter masing2 koleganya, buat penulis kebanyakan memang banyak pekerja selalu bermasalah dengan atasan yg memang tidak bisa diajak maju perusahaannya, dan selalu diktat dengan kata” kalo tidak suka dengan aturan saya ya silahkan keluar 🙂

    Like

    • ada juga orang yang bagus tapi perfeksionis, sehingga tidak bisa bekerja dengan rekan rekannya, manajemen melihat sebagai penghambat dan bukan sebagai peluang untuk memanfaatkan si perfeksionis tersebut … it happens ..

      Like

  3. Kalau menurut saya itu semua tergantung ritme kerja memang. Di perusahaan macam google yang atasannya kreatif, anak buahnya pun akan dituntut untuk kreatif, sehingga sukar ada tempat untuk karyawan yang menginginkan kerja konvensional dan tradisional seperti robot. Sebaliknya di perusahaan tradisional yang komando semua terpusat dari atas, sukar ada tempat untuk karyawan yang ingin mengekspresikan dirinya. Tapi bila orang-orang terbaik ini mau bertahan sampai bisa naik ke jenjang atas, dia akan bisa merubah wajah seluruh perusahaan. 🙂

    Like

  4. wah ini…
    sedikit banyak saya setuju dengan hal ini. tidak sedikit anak buah saya yang tumbang karena satu alasan “bos saya”. dan ketika mereka mau keluar, malah sungkan ke saya. ya saya bilang “saya nggak bisa menahan kamu kalau kamu sudah tidak kuat disini”

    dan sebentar lagi, malah saya yang mau keluar dari perusahaan. karena siapa? ya karena bos saya juga. hahahahaha 😛 karena selama ini saya bertahan di perusahaan karena memandang beliau. ternyata beliaunya yang tidak bisa menghargai bawahannya. so, that’s it! it’s enough.. hehe

    salam kenal ya…

    Like

  5. ya bener banget ini om..
    selalu terjadi ke saya juga dan teman² saya yg mempunyai skill dan pemikiran berbeda untuk memajukan perusahaan, tapi d tentang oleh management perusahaan.. hoahhh

    Like

  6. Mas Broo.. just opini saya ya.. , baik penulis atau komentar nya tidak salah juga sich, tapi tidak semua yg selalu salah direct superior atau mangementnya yang akhirnya membuat para talenta ini KO dan akhirnya memutuskan keluar, pastinya case per case lah..
    Apalagi kalau katanya para talenta ini mempunyai kemampuan adaptasi yg bagus dan tidak ego… bisa sinergy jadi team work yang excelent dengan superiornya ato management..
    Bisa luar biasa… 1 + 1 =3…

    Like

    • betul case per case, saya bercerita sejauh pengalaman saya, dimana temen temen terbaik pada bidangnya sering mental dengan urusan management … well mungkin juga tidak berlaku umum ..

      Like

  7. Beberapa waktu yang lalu saya bekerja di sebuah PT yang menjadi partner dan distributor produk teknologi percetakan. Walaupun perusahaan ini cukup besar dan menjual produk teknologi tinggi, sayangnya tidak memiliki sistem terintegrasi yang mumpuni. Pekerjaan seperti laporan produksi menjadi sangat melelahkan dan menyita waktu, karena dilakukan secara manual dari 33 kantor cabang. Saat itu saya berinisiatif untuk membenahi masalah ini. Saya mulai menyiapkan semuanya, mulai dari hasil temuan dan investigasi hingga pada akhirnya ke problem solving dan solusi. Ketika saya menyampaikan semua ini di hadapan direksi dan pemilik, komentar no 1 yang terucap dari pemilik adalah “Anda ingin membangun kerajaan dalam kerajaan? Ini namanya kudeta!!!”.

    Pada saat itu juga, semua yang saya siapkan dan perjuangkan buyar begitu saja. Saya mempersiapkan ini tanpa mengorbankan waktu kerja utama saya dan tanpa dibayar sepeserpun melebihi apa yg menjadi kewajiban saya. Apa yang saya lakukan murni untuk kebaikan perusahaan di masa mendatang. Uang pemilik yg berusaha untuk saya lindungi. Namun apa daya kenyataan berbicara lain.

    3 bulan setelah “meeting” ini akhirnya saya mengundurkan diri dan mendapatkan tawaran pekerjaan dalam industri serupa, dan di perusahaan baru ini saya malah ditantang untuk berinovasi dan menyampaikan pendapat saya. Dan yang mendamaikan hati kecil, perusahaan baru ini menggunakan solusi yang tidak jauh berbeda dengan yang saya rancang.

    Like

    • halo kang hendro, saya senang akhirnya kang hendro bisa pindah ke persh yang bisa menghargai inovasi karyawannya. persh kedua itu yang seharusnya menjadi panduan model persh masa kini dan masa depan. salam

      Like

  8. Hmm sy setuju article ini Pak 😊👍.
    Tp dlm bbrp case tdk semua org kreatif sukar beradaptasi dg lingkungan perusahaan, malah mereka lbh aktif dan (memang benar, cenderung) perfectionist.
    System “komando” perusahaan di Indonesia (kebanyakan) tdk melihat kreatifitas/talents tsb tp hanya like-dislike jg senioritas. Dan hal2 itu membuat para talented person tsb “minggat”.

    Like

  9. mudah”an banyak owner ataupun para top level yg baca tulisan ini,biar segera sadar kl jaman skrg ini nepotismes, senioritas dll nya ga akan pernah bs buat perusahaan tambah maju, ga ush dihantui perasaan takut disaingi para karyawan terbaiknya, seandainya perusahaan mampu memberikan penghargaan yg layak. salam kenal bro

    Like

  10. Sekedar opini, karena orang orang terbaik pasti terlihat oleh kompetitor.

    So, sudah pasti terjadi pembajakan orang2 yang mempunyai talenta ini. Kalau sampai saat ini belum pernah dibajak bahkan ditawarkan pindah ke perusahaan lain meskipun sekedar basa basi, mungkin perlu lebih menunjukan hasil kerja.

    Like

  11. Salam kenal pak Andry. Saya baca artikel ini via share facebook. Thank for writing it 🙂

    Memang, salah satu faktor yang menyebabkan karyawan yang baik bagi perusahaan untuk keluar adalah ketidakharmonisan hubungan atasan dan bawahan. Namun, tidak semestinya berhenti disini. Ada peranan HR Business Professional/Business Partner yang semestinya mampu melihat ketidakharmonisan ini.

    Maka, placement atau penempatan, menjadi hal lain yang perlu diperhatikan. Bisa jadi memang penempatan karyawan tersebut tidak mempertimbangkan kesesuaian emosi maupun persepsi antara atasan dan bawahan.

    Di sisi lain, bisa jadi memang keduanya tidak dibekali ketrampilan yang mencukupi untuk berdiskusi positif (lack of training in crucial conversation and crucial confrontation) sehingga ketika ada hal-hal yang perlu didiskusikan antara keduanya, akhirnya yang muncul sentimental dari salah satu pihak.

    Jadi, interaksi keduanya tidak serta merta memunculkan aksi untuk keluar. Seringkali HR yang kurang memainkan perannya dengan baik yang akhirnya mendorong mereka yang berbakat untuk meninggalkan perusahaan.

    Like

    • salam kenal mas novan, saya setuju mengenai HR, sekali lagi dari pengalaman saya yang secuil, saya juga belum menemukan HR yang bener bener kompeten di bidangnya. Walau bisa saja karena saya salah persh sih.

      Like

  12. HR sekarang terlalu banyak Entertain…, kalau like & Dislike (leader) mmg sudah dri dulu, jadi kita sebagai karyawan diperusahaan mau tidak mau harus mengikuti manajemen, kalau mmg sudah tidak tahan, ambil keputusan harus out (resign).

    Like

Leave a reply to mahisaajy Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.