ChatGPT for Academic Writing

Saya diminta seorang kolega dari lembaga Research Synergy Foundation (RSF) untuk sharing mengenai pemanfaatan ChatGPT untuk membantu mempercepat penulisan naskah akademik, namun tetap menjaga nilai etika. RSF memang sering memberikan pelatihan tentang penulisan naskah ilmiah, sehingga sangat berkepentingan untuk mengerti pemanfaatan ChatGPT secara optimal.

Materi saya bagi menjadi 4 bagian. Diawali dengan konteks tentang AI dan pengenalan Natural Language Processing. Kemudian dilanjutkan dengan definisi dan mekanisme ChatGPT. Setelah itu saya bahas usecase dari ChatGPT, dengan kata lain fitur fitur ChatGPT itu bisa untuk apa saja. Dan bagian terakhir adalah penggunaan ChatGPT untuk Academia. Tidak lupa diselipkan bagaimana cara untuk mendeteksi suatu tulisan dibuat oleh AI atau bukan.

File presentasi dan video rekaman acara ada dibawah ini, semoga bermanfaat

hore, tembus Q1 Scopus sebagai first author

Awal tahun 2023 dapet berita gembira, paper saya diterima untuk publikasi di jurnal terindeks Scopus strata Q1. Q1 merupakan strata jurnal tertinggi. Jurnal tersebut bernama Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity (JOItmC) (ISSN 2199-8531). Jurnal ini berada dalam lingkup penerbit Elsevier. Bukan hanya satu paper yang diterima, tapi langsung dua paper. Saya jadi merasa kayak “rockstar” bisa langsung nembus dua paper ke jurnal Q1 pada saat yang bersamaan. Dan hebatnya dua duanya sebagai penulis 1.

Sebelumnya memang saya sudah punya sekitar 4 paper terindeks jurnal Q1 tapi itu semuanya bukan sebagai penulis pertama, atau artinya saya hanya membantu penelitian orang lain saja. Dua paper tersebut merupakan hasil riset saya tahun 2022. Yang pertama adalah luaran riset kedaireka tentang penggunaan teknologi blockchain untuk transparansi supply chain di industri kopi. Yang kedua adalah riset lama tentang world trade network menggunakan metodologi network analysis. Riset kedua ini merupakan riset lama saya yang ga beres beres nulisnya, akhirnya terpublikasi juga. Berikut paper papernya, silahkan dibaca, dikritik, disitasi, kalo mau kolaborasi saya juga welcome.

link paper: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2199853123001105

link paper: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2199853123001117

Central Bank Digital Currency

Berhubung lagi santer dengan rencana penerbitan mata uang digital (digital rupiah) oleh bank sentral (bank indonesia/BI), maka saat ini BI sedang fokus untuk untuk melakukan riset tentang Central Bank Digital Currency (CBDC). BI mau tidak mau harus bergerak untuk menerbitkan ke mata uang resmi digital. Beberapa motivasinya karena penggunaan uang cash yang menurun di masyarakat dan juga penerbitan uang (token) dari sektor swasta. Di era ekonomi digital saat ini, jika uang beredar didominasi oleh uang dari sektor swasta, maka bank sentral akan sulit/tidak punya alat untuk implementasi kebijakan moneternya. Belajar dari teknologi blockchain, maka uang digital bisa dibuat lebih resilience, programmable, dan lebih secure.

Berikut slide presentasi saya tentang CBDC: Best Practice dan Technical Considerations

 

 

Topik Token Economy and Decentralized World di SCBTII 2022

SCBTII atau Sustainable Collaboration in Business Technology Information and Innovation adalah merupakan konferensi yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom bekerja sama dengan beberapa universitas partner lainnya. Setelah tahun lalu di SCBTII 2021 saya berperan menjadi moderator, maka di SCBTII 2022 ini saya menjadi salah satu invited speaker.

Topik yang saya bawakan adalah topik yang sedang senang saya geluti yaitu “Token Economy and Decentralized World”. Topik ini saya rasa cocok dengan tema SCBTII tahun ini yaitu “Recover Together, Recover Stronger : Opportunities and Challenge Toward Sustainable Digital Economy”.

Ada 4 invited speaker lainnya dari beberapa negara seperti Australia, Malaysia, Uni Emirate Arab, dan Jepang

Blockchain Industry Policy Brief Grant Accepted

Suatu saat saya diinfokan bahwa salah satu pelaku industri kripto besar di Indonesia, Tokocrypto memberikan grant untuk riset tentang industri kripto di Indonesia. Ini bahasan sangat menarik dan kesempatan bagus. Akhirnya saya ajak dua rekan dosen FEB untuk membuat proposal.

Mas Sunu dan Bu Helni saya ajak di tim ini. Mas Sunu team leader, Bu Helni berkontribusi dengan keahlian beliau bidang regulasi teknologi, dan saya di pengetahuan bisnis kripto. Akhirnya jadilah proposal tim kita berjudul “Policy Brief to Blockchain Based Industry in Indonesia”. Rencananya output riset ini akan kami publikasikan ke jurnal Internet Policy.

Dan proposal riset kita diterima untuk didanai

congrats team

Hibah Kedaireka (Accepted)

Kedaireka merupakan akronim dari Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka. Kedaireka juga dapat diartikan sebagai Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta. Kementerian (Kemendikbud) ingin membangun suatu platform kerja sama antar perguruan tinggi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri serta pihak-pihak terkait.

Singkatnya skema hibah ini adalah pencocokan dana (matching funds) dari industri dan pemerintah (melalui perguruan tinggi) untuk keuntungan dua pihak. Produk/solusi yang berkualitas untuk Industri, yang merupakan hasil pengembangan akademisi atau talent dari kampus.

Tahun ini tim mengirimkan proposal topik penelusuran kualitas industri kopi dengan menggunakan teknologi blockchain. Bekerja sama dengan Kopi Ketjil, sebuah perusahaan yang memproduksi kopi untuk dieksport. Kopi Ketjil memroses kopi mulai dari petani, pemrosesan kopi, sampai siap dikirimkan

Setelah melalui seleksi cukup ketat, akhirnya proposal kami lolos untuk didanai. yey..

lets work

TOKENOMICS : A New Science

 

ilmu baru TOKENOMICS:
economics – psychology – engineering

inovasi yang muncul dengan pola pikir melibatkan masyarakat (crowd) dalam penciptaan nilai entitas (korporasi maupun proyek). value creation difasilitasi secara peer to peer, dengan fokus utama kontrol ada pada user.

desain TOKENOMICS: bagaimana desain perilaku crowd yang diinginkan (governance), bagaimana mekanisme reward, bagaimana mendesain token supaya tidak inflasi (tetap scarce), dll

#blockchain

sumber :

https://www.node.capital/blog-posts/part-1-tokenomics-the-engine-the-fuel-and-the-generator

https://dcxlearn.com/economics/tokenomics-a-guide-to-utility-business-and-value-2/

 

Tokenomics

Pengajar Data Analytics dan Teknologi Blockchain di Bank Sentral

Saya agak lupa tepatnya, mungkin sejak 2017 atau 2018 saya mulai jadi pengajar program pelatihan di Bank Indonesia Institute (BINS). Dulu diawali dengan program pengenalan Big Data, Data Science, Machine Learning dan AI, kemudian berkembang ke Teknologi Blockchain berkaitan dengan Ekonomi dan kebijakan Bank Sentral. Selain itu juga beberapa kali terlibat di berbagai penelitian baik sebagai peneliti maupun sebagai mentor, sependek yang saya ingat untuk beberapa topik seperti Digital Payment, Stablecoin, dan juga Social Media Analytics.

Seterusnya sempat terlibat dalam pembuatan kurikulum Central Bank 4.0 untuk materi Big Data. Menjadi dosen pengajar dan penilai untuk program sekolah pimpinan muda/madya/utama BI untuk topik “CryptoAsset, Metaverse, dan DeFi”.

Saat ini yang saya rutin aktif terlibat adalah program sertifikasi Big Data for Central Bank Policy (materi di gambar bawah) dan program pembelajaran Bank Indonesia (materi di gambar atas)

287972106 10159756551210202 2641777887086491657 n

Ke Padang

Ini adalah kali pertama saya ke Padang, diajakin senior waktu kuliah S1. Sekarang beliau adalah dekan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas (FTI Unand). Acara lustrum ke 2 FTI ini diisi dengan kuliah pakar tentang AI, nah saya jadi narasumbernya. Ini juga jadi pertama kali menjadi narasumber luring, setelah sekian lama acara acara serupa dilakukan secara daring. Posternya acaranya berikut ini. Moderator acara adalah rekan satu residensi saat kuliah S3 dulu.

284369898 10159721699290202 6642115644337607056 n284263566 10159721699330202 6164455523571276488 n

 

Selama di Unand sempet meetup dengan dosen matematika Unand (temen jaman susah di himatika), dan juga beberapa dosen FEB Unand yang ngajak riset bareng. Dan juga ternyata beberapa bimbingan alumni lab kampus (@labscbdtelu) juga berdomisili disana. Lengkap deh 2 hari yang full banget bertemu teman lama dan baru.

284178471 10159721699320202 8830749269905350886 n283110677 10159721699295202 7433956117523415016 n284351921 10159721699325202 8906429723878681603 n

Soal kuliner, padang memang luar biasa dahsyat, walaupun hanya baru mencoba sarapan sate, teh talua. dinner seafood (dengan bumbu macem macem super sedap). cemilan es duren di pondok.
sempet mampir masjid raya, pantai air manis (malin kundang), dan jembatan siti nurbaya.

282799170 10159721699300202 7805861622505731489 n284431450 10159721699305202 419984823914000450 n284270698 10159721699315202 932071039802239977 n

Kayaknya liburan selanjutnya harus kembali ke  Padang (dan sekitar Sumbar), dijamin berat badan langsung naik 2kg 😀

Web3 + Social Network + Metaverse + Crypto Space

Bagi generasi saya, internet saat ini (Internet generasi 2 / Web2) bekerja mirip dengan struktur di banyak organisasi saat ini, yaitu berbasis hirarki. Hirarki atau organisasi terpusat  (centralized) merupakan warisan revolusi industri mesin uap, dimana struktur ini berjalan sangat efektif untuk mengontrol kinerja dan arah organisasi dari jaman dulu sampai sekarang. Namun saat ini di tengah revolusi teknologi informasi dan komunikasi, kita mengalami demokratisasi dalam banyak hal. Kebebasan berpendapat, kemudahan berinteraksi, dan juga kemudahan membuat inovasi, termasuk new value creation (biasanya untuk membuat ide bisnis baru). Generasi Z dan seterusnya yang lahir saat Web2 sudah matang, merasa bahwa menyamakan struktur digital dengan struktur dunia nyata malah membuat banyak potensi yang hilang atau singkatnya struktur dunia digital harus memperbaiki kekurangan yang ada di dunia nyata. Desentralisasi otoritas merupakan kunci supaya interaksi digital bisa mencapai potensi maksimum. Internet yang mendukung desentralisasi disebut sebagai decentralized web atau Web3. Web3 diperkirakan menjadi kunci disrupsi sosial ekonomi masa depan.

Internet saat ini dikuasi oleh platform raksasa seperti Facebook, Google, Twitter, e-commerce, dan lain lainnya. Peran platform ini adalah sebagai penghubung/perantara antar shareholder: penjual dan pembeli, pencari dan pemberi kerja, pengguna medsos dan pengiklan, antar pencari jodoh, dan lain sebagainya. Otoritas terpusat dalam bentuk platform mengumpulkan data pengguna dalam skala besar untuk kemudian digunakan sebagai pendukung proses “matching” yang didukung oleh algoritma rekomendasi (recommender system). Model bisnis seperti ini banyak kita jumpai di sekitar kita.

Web3 memungkinkan pengguna terhubung secara peer-to-peer (P2P) tanpa memerlukan perantara. Dibutuhkan infrastuktur dan teknologi yang memungkinkan hubungan P2P tersebut terjadi, yang ternyata dipenuhi oleh teknologi Blockchain. Decentralized Apps (DApps), Decentralized Finance (DeFi) adalah contoh implementasi dari Web3. Web3 memungkinkan masyarakat digital untuk berpartisipasi lebih aktif, lebih demokratis, lebih efisien, lebih murah, tidak bias, lebih punya kontrol terhadap data pribadi dibandingkan dengan Web2. Manfaatnyapun sangat besar seperti inklusi keuangan, mengurangi digital gap, kesempatan berinovasi, memperoleh pendidikan murah, dan lain lainnya.

Kalo kita lihat bagaimana kekuatan suara publik di media sosial (social network) saat ini, bayangkan potensi yang diperoleh jika social network tersebut berjalan diatas Web3, tentu akan semakin luar biasa perannya dalam revolusi sosial, ekonomi, politik, dan berbagai bidang lainnya untuk menjadi pengawas otoritas seperti negara, perusahaan, dan entitas lainnya. Social network berbasis blockchain dengan dilengkapi dengan sistem reputasi yang sulit direkayasa membuat suara publik menjadi lebih bermakna dibandingkan dengan sistem pada Web2 saat ini, yang dipenuhi dengan akun bot, berita hoax, dan berbagai rekayasa lainnya. 

Saat metaverse digulirkan oleh Facebook, banyak orang mengeryitkan dahi, belum memahami apa untungnya dan bagaimana arah masa depan dari media sosial yang kita kenal saat ini. Metaverse memungkinkan kita semakin intens terhubung, mengaburkan batas virtual dan dunia nyata. Saat sebagian besar aktivitas sosial ekonomi berjalan diatas ruang virtual, maka semakin banyak nilai ekonomi yang bisa kita buat dan dapatkan. Pengalaman berinteraksi virtual menjadi kunci masa depan social network.  Dunia tanpa batas, P2P, jejaring sosial manusia dalam skala global memerlukan mekanisme untuk bertukar nilai (mata uang maupun aset), maka disini peran aset kripto (cryptoasset) atau mata uang kripto (cryptocurrency) sangat penting. Metaverse dan teknologi bBockchain membentuk entitas yang kita sebut sebagai ruang kripto (crypto space).

Sedikit sintesa saya, bagaimana pendapat anda ?. .. silahkan tulis di komentar …

Metaverse

sumber gambar : https://economictimes.indiatimes.com/