Salah satu gelaran marathon yang paling terkenal di Indonesia adalah Maybank Bali Marathon (MBM), selain gelaran marathon lainnya seperti Pocari Sweat Bandung Marathon (PSBM), Borobudur Marathon (BorMar), dan juga Jakarta Marathon (JakMar). MBM 2019 diadakan pada hari minggu tanggal 8 september 2019. Saya dan Intan emang sudah lama pengen ngerasain suasana lari di MBM yang kondang itu. Kami bersama dengan temen temen Intan di angkatan 93 menyewa villa di daerah pantai Sanur. Saya dan Intan berangkat dari Bandung, hari jumat tanggal 6 september, dan terpaksa harus ke bandara Kertajati untuk naik pesawat ke Bali. Berangkat jam 02:00 dini hari, untuk mengejar pesawat jam 06:00 pagi, akhirnya kami berdua tiba di Bali jumat pagi sekitar pukul 10:00 pagi, kami merupakan orang pertama check in ke villa yang disewa.
Begitu checkin ya leyeh leyeh enjoy villa. Sebelum leyeh leyeh kami koordinasi pemilihan kamar via WA (karena yang lain akan nyampe jumat malem dan sabtu pagi). Kami terdiri dari 7 orang dan ada 3 kamar, yang berpasangan hanya saya dan Intan saja. Villa yang kami sewa keren banget, namanya Ellora Villas. Saya sampai ketiduran karena keasyikan leyeh leyeh di kursi males di depan kolam renang. Hari jumat itu kami bersantai saja seharian, paling keluar untuk cari makan. Hari sabtu keesokan harinya, dengan personil yang sudah lengkap, kami pergi ke tempat pengambilan race pack (RPC) yang lokasinya lumayan jauh dari villa kami, yaitu di Taman Bhagawan, Nusa Dua. Oh ya tidak lupa sebelum pergi sabtu pagi tersebut, kami sempat melakukan tappering run sejauh 5km di sepanjang pantai Sanur. Di lokasi RPC, lokasi sangat ramai, banyak booth sponsor, tempat nongkrong dan juga DJ yang memainkan musik musik asoy untuk joget… mulai deh beberapa dari kami ga bisa nahan untuk ikutan joget. Hari sabtu ini diakhiri dengan hunting ice cream gelato di Seminyak dan melihat matahari terbenam, terus sesegera mungkin kembali ke villa untuk tidur lebih awal.
Hari H, kami berangkat jam 03:00 pagi menuju lokasi start MBM 2019 di Bali Safari Marine Park. Tidak terduga mendekati lokasi, jalanan macet sekali, sehingga kami tertahan, sampai menjelang start kelas HM pukul 05:00 WITA. Pukul 04:45 kami terpaksa turun dari mobil dan berlari sepanjang kurang lebih 3km an untuk menuju garis start. Seperti diduga maka kami telat start sekitar lebih kurang 5 menit. Tapi yah lari diteruskan saja mengejar barisan depan kita yang sudah start duluan.
Melihat banyak sekali atraksi di sepanjang rute lari, maka saya dan Intan berlari dengan speed santai. Kami melihat penari, masyarakat desa, termasuk anak anak sekolah yang menyambut kami di sepanjang jalur rute berlari. Banyaknya atraksi tersebut, membuat kami sedikit sedikit berhenti untuk ambil foto foto. Suasana yang sangat keren, sayang kalau tidak di foto foto. Alhasil kami menyelesaikan HM ini dalam waktu 3 jam, atau 30 menit lebih lambat dari durasi saya biasa berlari jarak HM.
Kami puas mengikuti MBM2019, atmosfer lombanya sangat menyenangkan, semoga kami bisa kembali di MBM2020. Foto menjelang garis finish.
Senin 14 oktober 2019, kaki masih pegel pegel, badan masih lemes, ngantuknya masih di ubun ubun, rasanya pengen segera pulang kantor hari ini. Kemeriahan ITB Ultra Marathon 2019 11-13 oktober baru saja berakhir kemarin. Sepanjang 2 hari itu pula saya kecapean, kurang tidur, kebanyakan lari, tapi bahagia dan excited berlebihan gara gara bertemu dan berlari bersama temen temen seangkatan, temen alumni jurusan, dan juga temen sekantor. Acara ITB UM ini adalah acara tahunan yang paling ditunggu tunggu alumni dan civitas academica ITB. Pada saat saya kuliah di tahun 90an, yang paling ditunggu tunggu saat itu adalah Pasar Seni ITB yang diadakan oleh rekan rekan FSRD. Acara ini berlangsung berlangsung 5 tahun sekali, jadi wajar kalo pada kangen. Nah ini ITB UM yang dilakukan setiap tahun malah gak kalah ngangeninnya. ITB UM merupakan ajang untuk bersilaturahmi, bekerja sama, berkompetisi, berkontribusi (lewat sumbangan), jadi sangat sayang untuk dilewatkan. Sebagai info ITB UM 2019 ini menempuh jarak 200km, meningkat dari tahun sebelumnya sejauh 160km.
Di ITB UM 2018 saya bergabung dengan 2 tim (angkatan dan alumni jurusan). Tahun ini saya lebih gila lagi, bergabung dengan 3 tim Relay 18 (R18), yaitu tim angkatan (#90leRun), tim alumni jurusan (#GaneshaNumb3rs), dan tim kantor (#TeluRunners). Kenapa diborong begini, ini lebih karena saya orangnya ga bisa nolak diajak tim sana dan tim sini, alhasil saya harus buat strategi pemilihan etape sebaik mungkin sehingga bisa lari di tim 3 R18 tanpa merasa capek, atau cemas karena sudah waktunya lari di tim yang lain, padahal lari di tim yang ini belum selesai. Akhirnya setelah nego dengan Capt. masing masing tim, saya berhasil mendapatkan rute yang sangat optimal (thanks para Capt.). ITB UM 2019 saya berlari di etapa 1 / start bersama tim #90leRun, etape 9 bersama tim #GaneshaNumb3rs, dan terakhir etape 18 / finish bersama tim #TeluRunners.
Jumat tanggal 11 oktober setelah jumatan kami (Saya, Intan, dan Sopir) berangkat dari Bandung. Kami tidak mau pengalaman tahun 2018 terulang, yaitu dimana kami terjebak macet, ditambah mobil salah plat nomer genap, sehingga mepet sampai ke tempat start di BNI Sudirman. Sebagai info Intan juga lari di leg 1 ini, sebagai runner1 dari #GaneshaNumb3rs bersama dengan Ones, temen satu tim saya juga di #90leRun. Kami sampai di tempat start jam 17:30 sore, padahal start baru akan dilakukan pada pukul 22:00. Gak apa apa, daripada datang mepet, lebih baik nyante dulu ngobrol haha hihi sana sini dengan pelari pelari lain, sambil foto foto dan makan makan. Sebagai pelari pertama di tim 90Brave #90leRun saya diharuskan mengambil gelang RFID untuk dibawa lari dan diteruskan ke pelari relay sesudah saya di WS1. Berikut beberapa foto sebelum start.
Pukul 22:00 tepat start dimulai, saya langsung meluncur bareng dua pelari #GaneshaNumb3rs Intan dan Ones, perlahan kita mulai start dari belakang barisan dengan speed pelan. Emang kita janjian untuk berlari pace santai, eh tiba tiba entah mengapa kok kedua pelari numb3rs ini makin cepat aja, jadi saya mengimbangi speed mereka berdua, sambil nyusulin pelari pelari lain didepan. Kita menyusuri jalan Sudirman terus mengarah ke Thamrin. 1km pertama pace 8:03 menit/km, kemudian semakin cepat, sehingga mencapai pace 6:45 menit/km di km3, dan seterusnya berkisar di pace 6an. Saya lihat pelari numb3rs ini dikawal dua pemotor yang selalu mengikuti mereka, sedangkan pengawal #90leRun tidak kelihatan atau sedang mengawal pelari #90rjes (#90leRun ladies). Memang strategi numb3rs adalah dua pelari selalu bersama, tidak perduli pacenya. Jadi yang cepat ngikutin yang lambat, atau yang lambat harus mempercepat. Sedangkan tim #90leRun pelari dipersilahkan lari sesuai pace senyamannya, asal finish tidak melebihi COT (cut off time). Karena sudah ada pengawalan di pelari numb3rs, maka saya berlari lebih kencang lagi meninggalkan mereka berdua menuju finish di WS1. Berikut foto lari sepanjang etape 1 dan foto serah terima gelang RFID ke pelari 90Brave selanjutnya, Iskandar.
Beres fiinish di WS1 dan menyerahkan gelang ke pelari selanjutnya, Saya dan Intan langsung meninggalkan lokasi menuju ke Puncak. Malam itu kami berencana menginap di Palace Hotel Cipanas, tempat yang sama kami menginap di UM 2018 lalu. Hotel ini lokasinya 10km dari tempat saya start di leg 9 (Melrimba Garden) keesokan harinya. Jadi ceritanya saya salah perhitungan, saya mengira akan start di hotel Sanggabuana seperti tahun lalu, ternyata saya salah baca leg, jadinya hotel Sanggabuana tersebut adalah tempat saya finish, sedangkan startnya di Melrimba Garden. Perjalanan dini hari menuju puncak ternyata lebih macet dari tahun lalu, dan kami tiba di hotel pukul 03:00 dini hari.
Tanggal 12 oktober pukul 08:00 pagi kami sudah meluncur meninggalkan hotel menuju start leg 9 di WS 8 di Melrimba Garden. Kami sarapan di lokasi, sambil nyante nungguin pelari numb3rs leg 8 sampai. Saat itu, pelari numb3rs yang sedang berlari adalah pelari leg 5 yang berarti masih berlari di sekitaran kota Bogor. Dari Bogor menuju Melrimba Garden, elevasinya luar biasa, minimal 1000 meter, sehingga pelari akan memakan waktu lama untuk sampai ke WS8. Lokasi WS8 ini suasana sangat nyaman, seperti saat start, kami bertemu dengan banyak pelari lainnya, chit chat dan foto foto, termasuk bertemu dengan dua tim saya lainnya. Satu persatu pelaripun sudah mulai berlari, termasuk temen temen #90leRun dari total 7 pelari, tinggal 1 pelari yang belum berangkat, demikian juga pelari #TelURunners sudah berangkat bahkan lebih dulu dibanding tim #90leRun. Saya dan Adi, partner lari saya di numb3rs, harap harap cemas, kapan nih pelari numb3rs bakal sampai di WS8. Setelah berjam jam menunggu akhirnya kami berdua bisa start juga pada pukul 14:45. Berikut foto foto di WS8 Melrimba Garden, dan serah terima gelang RFID.
Berlari dari WS8 menuju WS9, pikiran saya tertuju kepada tim #TelURunners yang sudah start sejak jam 11:00 siang, saya sudah tertinggal 4 jam, saya khawatir kalo nanti giliran nanti lari di leg 18 tim ini, sayanya masih belum siap (atau masih capek). Oleh karena itu saya abaikan saran tim numb3rs untuk selalu lari berdua, pasangan saya Adi, pacenya sekitar 9 atau 10, jadi terlalu jauh bedanya dengan pace saya. Kebetulan saya tinggalkan HP ke Intan dengan tujuan nanti bisa motoin saya berlari. Namun Intan (dan mobil) ternyata ga bisa keluar dari lokasi Melrimba karena jalur Puncak ditutup 1 arah. Saya berlari sendiri meninggalkan Adi, tanpa HP, sehingga lokasi live saya tidak terdeteksi. Pikiran saya hanya tertuju gimana finish ke WS9 secepat mungkin. Dan ini ternyata cukup membuat tim numb3rs kebingungan nyariin posisi saya. Saya akhirnya sampai di WS9 dalam jangka waktu 1 jam. phiuhh … akhirnya finish juga. Biasanya mobil menunggu pelari finish, ini saya malah kebalikan, saya finish lebih dulu dari mobil (Intan). Setelah beres di WS9, kamipun meluncur langsung menuju ke Kota Baru Parahyangan, karena disini Intan akan berlari di leg16, sementara saya bersiap untuk leg18. Oh ya ditengah perjalanan menuju Bandung, hujan cukup deras turun di Cianjur, saya langsung ngebayangin rekan rekan saya yang berlari dibawah guyuran hujan deras.
Sampai Kota Baru Parahyangan, kami sempatkan pulang dulu ke rumah. Pak sopir sudah kami ijinkan pulang untuk istirahat. jam 22:00 pelari leg 16 dan 17 #TelURunners, Osa, Citra dan bu Ola udah siap di Mesjid Al Irsyad. Saya nyamper mereka bentar foto foto. Sekitar jam 01:00 dinihari bebarengan dengan pelari 17 menuju WS18, maka sayapun berangkat menuju WS18 di Cimahi. Saya start berlari dari WS17 ini jam 02:00 dini hari menuju tempat finish di Kampus ITB Ganesha. Di leg terakhir ini saya ditemani Capt. tim #TelURunners, pak Kemas. Untung saya ditemani, karena kalau tidak, saya benar benar berlari sendirian dini hari. Kami akhirnya finish pukul 03:05 dinihari tanggal 13 Oktober 2019. Pada saat saya lari di leg ini, Intan juga sedang lari di leg 16, jadi saya ga bisa nemanin dia dan dia juga ga bisa nemanin saya. Setelah finish saya dijemput Sandra, anak sulung saya, karena ga ada sopir lagi yang bisa jemput. Kami kembali lagi sampai di rumah pas adzan subuh. Berikut foto fotonya dan video saat saya masuk garis finish:
di rumah saya ketiduran, padahal sudah ada janjian jam 06:30 pagi untuk melakukan Victory Run bersama tim tim saya di kampus ITB. Dengan sedikit memaksakan maka jam 07:00 pagi kami (Saya dan Intan) kembali ke kampus ITB. Saya lihat catatan finish tim tim saya #TelURunners finish pukul 03:05, #90Brave finish pukul 03:50, sedangkan tim numb3rs baru berangkat menuju finish pukul 06:00 pagi. Di kampus ITB kami merayakan pesta kebersamaan selama 3 hari terakhir, berfoto, berreuni, bersenda gurau, dan tidak lupa berharap kemeriahan tahun ini akan berulang lagi tahun depan. Semoga semakin banyak rekan rekan alumni yang terlibat dalam pesta ini.Secara khusus UM 2019 sangat seru, tidak kalah serunya dibanding UM tahun sebelumnya. Semoga kita masih bisa berkumpul bersama di ITB UM tahun depan. Berikut beberapa foto penutup saat kumpul bersama masing masing tim saya di Kampus ITB hari minggu pagi :
BNI-UI Half Marathon 2019 adalah ajang lari yang diadakan di area kampus Universitas Indonesia, Depok. Tahun 2019 ini adalah kali pertama saya ikutan lomba ini, saya ambil race Half Marathon (HM). Acara diadakan tanggal 7 Juli 2019, kebetulan saya juga pas ada acara workshop summer school machine learning seminggu kedepannya (tanggal 8-12 juli) di kampus UI Depok, jadi saya mulai nginep dari tanggal 6 juni untuk mengikuti lomba lari ini dan sekaligus summer school.
Track lari di UI sangat nyaman, kenyamanan pertama adalah jalur yang rindang dan steril dari kendaraan, sehingga pelari bisa fokus berlari tanpa terlalu kuatir akan keselamatan. Peserta lari cukup banyak, mungkin sekitar 5000 an peserta. Kelas HM start pukul 5:30 pagi. Saya lari bareng dengan Intan (istri) dan mas awal (temen lari di bandung). Awalnya saya masih bareng Intan, dan mas awal sudah jauh di depan. Menjelang km 10 saya sudah jauh di depan Intan, walaupun di akhir lomba saya melambat, sehingga finish bareng juga. Saya finish 2 jam 40 menit, belum bisa mengalahkan rekor saya sebelumnya di 2 jam 30 menit.
Overall race ini sangat bagus penyelenggaraannya, dan tempatnyapun sangat nyaman. Apakah saya akan berlari lagi di race ini tahun depan? , sepertinya tidak sih, saya ingin mencoba race race lain yang belum pernah saya coba.
Dari berbagai event lari yang biasanya kami (saya dan istri) ikuti, umumnya hanya berdasarkan perhitungan jarak saja. Misal event lari jarak 5km (5K), 10km (10K), 21,1km (Half Marathon / HM), ataupun 42,2km (Full Marathon / FM). Biasanya pula pada lomba lomba tersebut ditetapkan waktu maksimal untuk menyelesaikan lomba yang disebut sebagai Cut Off Time (COT), misalkan untuk 5K COT nya adalah 90 menit, sedangkan 10K 150 menit, dan seterusnya. Nah kali ini kami mengikuti lomba yang cukup unik, yaitu lomba lari menyelesaikan jarak 10K dengan COT 80 menit, nama lombanya adalah 80minsto10 yang diadakan oleh Run.ID, salah satu event organizer lari yang cukup ternama. Kalo dihitung kecepatan paling lambat untuk bisa menyelesaikan lomba ini adalah 8 menit per kilometer. Lewat dari 80 menit, maka tidak akan mendapatkan medali finisher maupun kaos finisher.
Dengan requirement cukup tinggi maka tentu saja peserta tidak sebanyak lomba lomba lari pada umumnya. Dan para pesertanya pun tergolong pelari pelari cepat. Lomba ini diadakan di Alam Sutra, Tangerang, yang terkenal dengan trekldatar tanpa tanjakan. Benar saja, saat kami mulai start dan berlari, pelari pelari lain sangat cepat melewati kami, tidak terasa kamipun dalam beberapa km awal sudah masuk kedalam rombongan pelari agak terakhir. Akhirnya kamipun berhasil menyelesaikan jarak 10K dengan sukses dibawah COT. Catatan waktu saya adalah 66 menit (dengan kecepatan 6.33 menit per kilometer), sedangkan istri 68 menit, masih 10 menit lebih cepat dari COT. Berikut foto foto kami di lomba tersebut.
Tahura Trail Run adalah salah satu kegiatan lari yang terkenal di Indonesia, kegiatan ini dilaksanakan di area kawasan Taman Hutan Raya Dago Bandung. Gelaran tahunan ini berkelas internasional, dengan peserta datang dari berbagai manca negara. Lari trail adalah lari melalui jalan tanah (setapak, berbatu, yang penting bukan jalan aspal). Tahura Trail Run rute larinya melalui sepanjang kawasan hutan dan pegunungan di Bandung Utara. Tahura Trail Run 2019 ini merupakan kali kedua saya bertisipasi, setelah sebelumnya pada tahun 2018. Saat itu saya ajak keluarga lengkap untuk lari trail di kelas family 7K.
Tahun 2019 ini, Tahura Trail Run dilaksanakan pada tanggal 20-21 Januari 2019. Kami (saya hanya berdua dengan Intan) ikut kelas trail 21K. Gelaran ini diselenggarakan selama dua hari. Hari pertama khusus untuk kelas Full Marathon (42K) dan Half Marathon (21K). Hari kedua kelas 17K, 10K, dan kelas family (7K). Kondisi lari hari pertama jauh dari ideal, karena malam sebelumnya kawasan Bandung Utara diguyur hujan deras, alhasil medannya berubah menjadi becek dan basah.
Start dimulai pukul 5 pagi, kami berlari dengan pace santai, namun di rute awal sudah disuguhi beberapa rute jalan menanjak yang cukup dahsyat, sehingga mau ga mau kami sudah kehabisan nafas lari saat jarak lari masih dibawah 5K. Setelah tanjakan rute berubah ke jalan tanah (persawahan) di lereng bukit dan area perkebunan sayuran penduduk. Jalur ini cukup nyaman, walaupun sempat terjadi antrian karena sempitnya jalur sehingga kami kesulitan menyalip pelari di depan kami yang berlari lambat.
Jalur berganti ke berlari di dalam hutan, beberapa area hutan cukup tebal sehingga matahari tidak bisa menembus masuk. Dalam suasana agak gelap karena kekurangan cahaya, kami beberapa kali jatuh terpeleset, untung tanahnya sangat empuk, sehingga kami terhindar dari cedera. Beberapa kali pula kami srodotan, sliding jatuh meluncur mengikuti alur tanah. Kalau biasanya saya lari 21K di jalan raya membutuhkan waktu selama 2,5 jam sampai 3 jam, maka lari trail 21K membutuhkan waktu hampir 6 jam. Kami mencapai finish tepat 5 menit sebelum COT (Cut Off Time). Alhamdulilah bisa dapet medali finisher 🙂
Berikut foto fotonya dari gelaran Tahura Trail Run 2019
[latepost] blog entry yang sangat sangat telat, karena event larinya sendiri pada tanggal 23 september 2018, tapi baru sempat dituliskan sekarang. Kami (saya dan istri) mendaftar di ajang lari Bromo Marathon 2018. Sebenernya kami iseng juga mendaftar di event ini, alasannya karena kami ketinggalan pendaftaran beberapa event lari besar di bulan bulan selanjutnya seperti 2XU, jakarta marathon, borobudur marathon, maupun bali marathon.
Kami berangkat sehari sebelumnya event, nyubuh naik pesawat dari Bandung kemudian mendarat di Juanda Surabaya. Begitu sampai kami langsung cari sarapan, nasi rawon adalah makanan pertama yang saya cari, sambil menunggu panitia yang menyediakan shuttle untuk menuju Desa Tosari, Kabupaten Pasuruan, di area lereng Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Shuttle berangkat tepat pukul 10 pagi, dan sampai di Tosari sekitar pukul 14. Setelah cek in di penginapan rumah rumah penduduk di sekitar desa Tosari, kami langsung menuju ke kawasan hotel Plataran untuk mengambil race pack (RPC). Oh ya lomba kali ini kami hanya mengikuti kelas 10km, saya sendiri merasa beruntung tidak mengambil rute lebih jauh, karena saat itu lutut sedang cedera.
Selesai urusan RPC, kami sewa motor untuk melihat sunset disekitar Pananjakan. berikut ini adalah foto foto sore itu (RPC di Plataran dan perjalanan ke Pananjakan).
Pulang dari Panjakan matahari sudah terbenam, kami mencari makan malam di rumah rumah penduduk, lumayan dapatnya nasi sayur lodes, sambal, tempe dan ikan asin. Selanjutnya kami beristirahat lebih awal menyiapkan tenaga untuk lari besok subuh.
Saya persingkat ceritanya saja langsung ke kesan berlari di event bromo marathon ini: Event ini cukup keren, dan pesertanyapun dari manca negara, menunjukkan bahwa event ini adalah event bergengsi, ditambah udara super segar membuat lomba lari ini sangat menyenangkan. Kelas yang ambil (jarak 10km) cukup menantang, komposisinya 50% trail dan 50% jalan aspal. Untuk trail rute yang diambil sangat indah, di lereng bukit perkebunan warga. Sayangnya rute tersebut tidak melalui lereng bromo secara langsung. Yang melalui lereng bromo hanya di kelas Full Marathon.
Selama ini aktivitas lari (dan baru baru aja aktivitas bersepeda) selalu tercatat di aplikasi Strava. Pada akhir tahun 2018 ini, Strava membuat summary aktivitas berolahraga kita selama tahun 2018 dalam bentuk video. Tidak terasa ternyata selama setahun ini saya sudah berlari sejauh 1121km , selama 142 jam, atau kalau dihitung berlari sebanyak 121 hari selama setahun. Jauh juga yah larinya, bisa sampai ke ujung timur pulau jawa nih. Apakah tahun 2019 saya mampu menempuh jarak lebih jauh (km)?, waktu olahraga lebih lama (jam) ?, atau bahkan lebih rajin olahraga (hari) ?. lets see …
HM adalah Half Marathon, atau jarak berlari sepanjang 21,1km. Sebagai salah seorang penggemar lari, setiap milestone jarak yang ditempuh merupakan hal yang akan selalu dikenang. Bagaimana perjuangan berlari mengalahkan hambatan jarak. Milestone pertama adalah jarak 5km atau disebut sebagai 5K. Pada umumnya lomba lari yang diadakan kategori 5K ini biasanya paling rame, dan diisi umumnya para pemula. Setelah 5K, maka milestone berikutnya adalah 10K, saya beberapa kali mengikuti lomba lari di kategori ini, sehingga saya merasa sudah seharusnya naik kelas menjadi HM. Sesudah HM adalah FM (Full Marathon) dengan jarak 42,195km. Jarak yang melebihi FM, biasanya dinamakan dengan Ultra Marathon.
Sebagai acara untuk memecahkan virgin HM, saya pilih Pocari Sweat Run 2018, tanggal 22 juli 2018. Alasan pemilihan acara ini adalah karena timingnya pas aja. Sebelum acara ini, saya sudah mengikuti lomba 10K di Persib Run dan Wanadri Trail Run. Sementara untuk latihan rutin mingguan, lari jarak 10K sudah sering saya lakukan, sehingga keingginan naik kelas pun muncul.
Saya dan istri mendaftar HM. Banyak rekan rekan kami yang mendaftar event ini, karena ini event yang lumayan terkenal, bahkan konon tiketnya pun habis hanya dalam waktu 2 hari saja. Beberapa hari menjelang lomba karena kesibukan kantor dan lain sebagainya, saya bahkan belum sempat latihan. Sepanjang latihan lari yang pernah dilakukan, saya hanya pernah mencapai jarak HM selama dua kali, itupun sudah lama sekali. Tapi saya santai saja, memang saya berencana untuk lari dengan pace santai, ini lebih karena sadar kemampuan diri juga.
Pada hari lomba, kami sampai di tempat start di depan gedung sate. Kami sampai pukul 5 kurang 10 pagi, tidak lama kemudian pukul 5 pas peserta FM sudah berangkat start. Giliran HM start pukul 5.10. Area start penuh banget, sampai bergerak pun susah. Katanya peserta HM ini sebanyak 2500 orang. wah pantas saja sampai berdesak desakan begini. 10km pertama jalur yang diambil adalah dari gedung sate menuju jembatan pasopati menuju jalan pasteur kemudian kembali lagi menuju mesjid pusdai. Jarak 10km selanjutnya lebih banyak melewati jalan jalan kecil dan rindang disekitar jalan riau, sebelum akhirnya finish lagi di depan gedung sate.
Selama lomba saya merasa kuat saja, mungkin karena pace yang saya ambil tidak terlalu cepat. Banyaknya tersedia pos minum pocari / mineral water memberikan energi tambahan pada saat kita sudah kehabisan tenaga. Saya berlari konstan sampai km 15. Setelahnya kecepatan mulai menurun, rasanya kaki berat sekali, namun bukan karena sakit. Pace saya yang awalnya sekitar 7, kemudian turun menjadi 8 atau 9. Sementara istri sudah tertinggal jauh dibelakang sejak km 8.
Akhirnya pas km 19 kaki udah ga bisa kompromi, jadi saya berhenti saja, sambil menunggu istri, karena pengen juga finish bareng (dan dapet fotonya). Saya menunggu cukup lama, sekitar 15-20 menit baru ketemu dengan istri saya dan kemudian berlari bersama menuju finish. Istri saya yang tidak berhenti sejak awal sudah mulai kelelahan, sedangkan saya sudah merasa segar, sehingga yang terjadi adalah saya sedikit menyeret istri menuju finish, biar difotonya bagus …hihihihi..
Akhirnya kami finish bersama. HM dalam waktu 2 jam 45 menit. lumayan lah untuk pemula. dan saya bahagia berhasil melewati satu milestone yaitu kategori lomba HM.
Pada saat bulan puasa, kita cenderung menghemat tenaga agar supaya bisa bertahan puasa seharian, dengan indikasi badan masih kuat pada saat menjelang berbuka puasa. Banyak yang cenderung melakukan olah raga (termasuk lari) pada saat menjelang berbuka atau malam hari. Saya berhitung tentang hal ini, saya tahu batas kekuatan badan saya. Jadi harusnya kita akan kuat berlari kalau asupan karbohidrat berlimpah, kemudian berlari dengan kecepatan rendah, agar supaya heart rate rendah. Heart rate rendah mencegah keluar tenaga berlebih (tak terkontrol). Menurut saya ini hanya masalah optimasi dan kontrol penggunaan tenaga aja, agar supaya tenaga cukup untuk beraktivitas seharian.
Pagi ini dengan kondisi badan ga enak karena kebanyakan makan pada saat berbuka puasa kemarin, ditambah ngemil malam hari, terus makan sahur super nikmat, jadinya porsi over. Semua faktor tersebut berkontribusi terhadap kenaikan berat badan sebesar 1kg dari berat normal. Penambahan berat bikin badan lemes dan otot kaku, jadinya saya putusin lari pagi tapi dengan kecepatan sedikit dipelankan. Kecepatan (pace) normal saya antara 6-7 menit/km, saya targetkan turun menjadi 8-9 menit/km.
Akhirnya pukul 7 pagi saya mulai berlari sepanjang 10km, dengan pace 7,44 menit/km. Ternyata perhitungan saya cukup akurat, saya tidak merasa capek dan keringat tidak keluar berlebih, namun otot tetap berlatih. Di akhir lari, saya tidak merasa kelelahan, malah badan berasa jauh lebih segar. Dapet bonus pula berat badan turun 2kg hehehe.
Sore ini rencananya saya ngabuburit nonton bioskop, sepertinya dengan kesibukan tersebut, rasanya ga akan kepikir rasa haus dan lapar yang mungkin muncul akibat aktivitas lari pagi ini. Ayo guys, mari lari, jangan males gerak ya !!
Saat ini kita lihat banyak sekali penduduk perkotaan yang punya hobi lari. Banyak juga rekan rekan saya yang pengen bisa ikutan lari namun terkendala oleh beberapa hal. Wajar bagi seorang pemula mempunyai hambatan untuk memulai lari. Sering diutarakan para ahli bahwa dalam berlari yang paling berat adalah langkah pertama, apakah itu langkah pertama kali memulai usaha berlari ataupun bagi yang sudah berpengalaman, beberapa kilometer awal biasanya merupakan bagian terberat dari proses berlari secara keseluruhan, karena tubuh perlu penyesuaian. Setelah lewat 1-2 km awal, biasanya lari menjadi jauh lebih ringan dan lebih cepat.
Saya hobi berlari sejak 6 bulan yang lalu. Lari bagi saya adalah suatu bentuk terapi untuk membuat badan dan pikiran menjadi segar dalam menghadapi aktivitas sehari hari. Lari adalah olah raga paling murah, dibandingkan olah raga saya sebelumnya yaitu bersepeda dan berenang. Kalau saya flashback 6 bulan yang lalu, saya inget betul untuk berlari 100 meter aja saya ngos ngosan, bahkan kalah larinya dibanding anak saya. Saat ini saya mempunyai target yang menurut saya cukup moderat, yaitu berlari sekitar 20-30km per minggu, tidak perduli itu dalam 1,2,3, atau bahkan dalam 4 kali lari. Tapi level saya sebenernya jauh dari pelari canggih, jarak terjauh yang pernah saya tempuh dalam sekali lari non stop hanya 16km, dan waktu terlama berlari adalah 2 jam. Belum pernah lebih dari itu.
Banyak temen teman dekat saya menanyakan bagaimana sampai bisa berlari cepat (dan jauh) seperti standard saya tersebut. Nah saya coba share tipsnya, walaupun pelari amatiran saya tetap share pengalaman saya, mungkin bisa bermanfaat dan mungkin tidak cocok juga buat yang lain.
1. Bertahap
Mulai dari jarak pendek dan kecepatan pelan, jangan memaksakan diri untuk lari cepat. Yang terpenting heart rate (HR) tidak melebihi target maksimum usia, patokan maksimum HR itu adalah 220-usia, sebagai contoh untuk yang berusia 40 tahun maka maksimum HRnya adalah 180. Dengan HR yang tidak terlalu tinggi maka badan tidak cepat lelah. Saya malah menargetkan HR max sekitar 20 persen dibawah HR max umur saya.
2. Jangan Berhenti
Tips paling penting menurut saya adalah pada saat berlari, kemudian merasa diri tidak kuat (nafas tersengal yang artinya HR tinggi), usahakan untuk tidak berhenti lari tapi perlambat kecepatan lari sampai HR turun kembali. Cara ini menurut saya sangat efektif untuk meningkatkan ketahanan lari. Dan menjadi semacam pencapaian sendiri buat pelari, bahwa hari ini bisa berlari sejauh jarak tertentu tanpa berhenti.
3. Baju, Celana, dan Sepatu Lari yang memadai.
Saya sering melihat pelari pemula memakai perlengkapan lari ala kadarnya, meskipun terlihat sepele, ternyata hal ini menurut saya berpengaruh besar. Memakai kaos yang menyerap keringat dan ringan, kemudian celana pendek khusus lari yang pendek dan longgar, serta sepatu khusus lari ternyata membuat usaha lari kita menjadi jauh lebih ringan. Saya inget dulu punya banyak kaos bola untuk gaya gayaan yang hampir tidak pernah saya pakai, karena kurang nyaman dipakai harian, eh ternyata kaos bola itu malah enak dipakai buat lari.
Untuk sepatu saya sudah mencoba beberapa merk mulai dari adidas, skechers, dan yang terakhir hoka one one, merk terakhir ini saya cocok sekali sampai beli 2 pasang. Walaupun harganya mahal (karena import) dan bentuknya jelek (sol tebal) ternyata sepatu ini bisa meredam hentakan kaki ke tanah secara baik, membuat saya tidak mudah pegal, dan melindungi dari cidera selama berlari. Kalo ada diskon gede sepatu merk ini, saya dengan senang hati akan borong :P..
4. Jam Tangan / Gelang Lari
Penting digunakan untuk memonitor HR kita selama berlari. Dua alat ini menyediakan informasi HR selama kita berlari. Untuk pemula biasanya ritme HR belum stabil jadi perlu sering sering ngecek atau pasang alarm untuk mengingatkan kita jika HR melebihi batas. Semakin sering lari, biasanya HR semakin stabil dan tidak perlu sering dicek.
Manfaat lain dari dua alat ini adalah sebagai tracker lari (jarak, waktu, dan pace / speed), ada yang sudah include GPS dan ada yang tidak. Untuk yang tidak include GPS, umumnya pairing dengan handphone sebagai pemandu GPS, gelang Mi Band adalah salah satu contoh dari alat ini, harga gelang ini cukup murah sekitar 350 ribu. Kekurangan dari alat ini adalah handphone harus dibawa bawa pada saat lari, dan setting trackernya biasanya tidak instant (perlu beberapa waktu sebelum kita lari, dan ini kadang kadang menjengkelkan).
Yang sudah include GPS contohnya adalah Jam Garmin, dengan fitur GPS maka kita tidak memerlukan hape selama berlari. Saya pake Garmin dan terbukti handal. Harga yang sudah include GPS biasanya jauh lebih mahal dibandingkan dengan non-GPS. Keunggulan adalah setting tracker untuk siap berlari sangat cepat, begitu status GPS ready (biasanya cukup butuh waktu 1-2 detik) kita bisa langsung lari.
5. Musik (earphone).
Ini adalah perlengkapan opsional menurut saya. Dulu saat pertama kali lari, saya belum menemukan nikmatnya berlari, sehingga memerlukan musik sebagai pengalih perhatian. Distraksi ini terbukti berhasil karena saya bisa berlari jauh tanpa memikirkan jarak. Namun semakin lama berlari ternyata saya merasa tidak membutuhkan distraksi musik ini, sekarang malah lebih nyaman dengerin suara nafas sendiri yang sedang ngos ngosan, atau dengerin suara semilir angin. Lagian berlari sambil pake earphone di jalan raya sangat berbahaya dan rawan kecelakaan. Jadi saya sarankan kalau tidak benar benar butuh sebaiknya tidak usah pake earphone.
6. Sering Sering Ikut Event Lari
Ikut lomba tidak harus untuk kompetitif tapi untuk refreshing, karena saat ikut lomba kita sudah ga repot lagi mikirin rute, ada makanan / minuman tersedia, dapat medali, ketemu temen temen, selfie dan ngobrol dengan temen temen. Malah kadang kadang lari di lomba lebih ke acara sosialisasi, karena toh lari seriusnya sudah sering kita lakukan diluar lomba. Di event lari kita juga bisa mengukur kemampuan diri kita. Tapi kalo mau ikut lomba untuk kompetitif yah silahkan saja 🙂
Demikian tips dari saya, sebenernya ada beberapa tips lain soal postur berlari, tapi saya rasa informasi ini bisa digoogle, karena postur lari saya juga belum tentu bener. Btw, semoga tips diatas bisa membantu rekan rekan
salam dari pelari amatiran, salam lari dan tetap semangat